nomor sembilan: Melepas rindu

11.32 mamaegisa 0 Comments

Berlalu di batas waktumu
Berjalan di belakang kesadaranmu
Berlari menembus ruang
Tersenyum berjalan pulang

Waktu itu satu
Ruang itu satu
Rindu itu satu
Hati hanya satu
Pikiran pun satu
Tak mampu menyelipkan walau hanya satu
Tak kuasa membagi meskipun cuma satu
Khayalan boleh satu
Mimpi, harus seribu...

Di batas duka ia menangis
Tak benar-benar menangis
Di batas bahagia ia tertawa
Tak benar-benar bahagia
Semua hanya ungkapan sederhana
Yang mampu dilakukan
Yang tak bayak dipikirkan
Yang cukup menyenangkan...

Beribu kisah di bawah kesadaran
Memanen bunga di taman perasaan
Melupakan sejenak tentang perjalanan
Memuaskan tanpa keterbatasan
Hingga rindu pada kenyataan
Membawa langkah tanpa keraguan
Terjaga tanpa penyesalan
Karena rindu dapat kau lepaskan.


25032014 03:40

Dan kini aku ingin kamu pulang.

0 komentar:

Hujan dan Rindu

14.00 mamaegisa 0 Comments

Jika ada 1001 rindu
saat kutuliskan satu persatu seperti gerimis itu,
yang bernyanyi kala shubuh atau waktu-waktu yang berlalu,
memanjakan mata, ingin terbuka namun sayu
membuat tanah basah,
membasuh wajah rerumputan liar itu
daun di ranting itu
bunga-bunga yang dulu kau bilang indah kala siang itu.

Rindu itu turun seperti hujan kala suaranya hinggap di depan kamar
Kita tidak pernah bosan mendengarkan meski ia datang, lalu mengetuk pintu kamar setiap bulan.

Di langit ia mencemaskan saat menggantung di awan
yang selalu melukiskan wajahmu
Di bumi ia menyegarkan
menawarkan ketenangan dan menyuguhkan tarian riang penuh senyuman.

Rindu adalah siklus,
jika ada 1001 rindu,
satu telah kuberikan padamu
yang lain ingin kujadikan ruang siklus antara kita.

~Hujan dan Rindu~

.MFKBAKARFF


note:
Hujan seharian di Heidelberg, Jerman.
Kubuka lagi buku gajah milikku yang sengaja kuselipkan saat packing dari Indonesia bulan lalu. Kemudian kusadur satu puisi yang mewakili hari ini. Waktu boleh berjalan menjauh, tapi momen yang sama kejadiannya bisa terulang. Seperti halnya hujan hari ini. Menyenangkan sekali :D

:D

0 komentar:

Mencari Bahagia

07.26 mamaegisa 1 Comments

Ketika sedang lelah dengan paper dan serangkaian tekanan penelitian.
Kemudian ada percakapan random yang terbersit.

Gimana kalau bisa glundang-glundung aja di rumah.

Ngurus anak dan suami. Jadi istri sholihah, masak-masak di rumah yang enak-enak. Kayaknya bahagiaa. Hahaha.

Ah.

Bahagia itu relatif.
Kalau kerjaannya glundang-glundung juga lama-lama bisa bosen.

Biar bahagia? Jadi yang dinamis :) Apapun pekerjaannya.

1 komentar:

sebuah bisik

12.54 mamaegisa 0 Comments

Kapan sedih ini bisa berlalu dan pergi?

:')

bersabar, dan bersyukur: sebuah bisik.

0 komentar:

desperado

02.21 mamaegisa 0 Comments

terhenti

putus asa.


0 komentar:

Merenung aku

14.41 mamaegisa 0 Comments

Begitu relatifnya kebahagiaan.

Begitu tak berujungnya kepuasan.

Begitulah hati, yang dangkal dengan ke-syukuran.


Yang mengenal menjadi asing.

Yang berteman menjadi musuh.

Yang mencinta menjadi membenci.

Berputusnya silaturahim, berganti dendam dan rasa marah.

Menutup memori tentang apa yang telah diberi, apa yang telah dibagi.


Tentang waktu yang tak dapat kembali.

Tentang cerita yang berganti.

Tentang siklus hidup yang tak berhenti.




Aku,
merenungi
selusin penyesalan dalam kotak ketiadaan.







0 komentar:

Peluk :)

00.37 mamaegisa 2 Comments

Ketika merasa didekatkan dengan kebahagiaan yang amat sangat.
Kemudian harus merelakan, mengikhlaskan, jika ternyata kebahagiaan itu tak jadi dimiliki.

Kehidupan kembali pada titik yang rendah. 
Merasa terhempas jauh ke bawah.



Rasanya sulit sekali bangkit.
Tapi bukankah seharusnya tak boleh memberi ruang untuk keputus asaan?

Hidup sudah digariskan. Segala cobaan tidak akan melebihi dari kemampuan. Itu janji Allah. :)



Maka kini kurengkuh lagi keping-keping hati, kembali.
Satu persatu.

Menyelesaikan setahap demi setahap apa yang sudah menjadi amanah. 
Berusaha menjadi yang bertanggung jawab menggenapkan apa yang sudah di jalani, sembari merencanakan apa yang akan dihadapi berikutnya.

Allah tidak akan pernah salah memberi hambaNya sesuai porsinya masing-masing.


Ya Robbi, peluk aku. :)



2 komentar:

Tentang Mimisan

05.57 mamaegisa 1 Comments

Pagi ini waktu hendak Sholat Subuh aku kaget karena sudah bertahun lamanya tidak lagi pernah mimisan. Terakhir kali seingat saya dua tahun lalu jika tidak salah saat capek ikut kepanitiaan di kampus. Alhamdulillah selama di Jerman ini selalu dikasih sehat dan kelancaran fisik. Dahulu sempat khawatir dengan berbagai macam hal, salah satunya mimisan jika berada di wilayah bersuhu dingin. Hal tersebut berhubung sewaktu aku masih anak-anak, mimisan sudah jadi peristiwa biasa. Terutama jika kecapekan main seharian dan kepanasan, kemudian pulang ke rumah dengan hidung berdarah-darah. Sering juga mimisan di tengah kemah pramuka atau sedang piknik ke daerah lain. Apalagi jika memang sedang sakit misalnya sedang demam, mimisan jadi lebih mudah terjadi tanpa diminta. Pernah juga mimisan gegara hidung tanpa sengaja keinjak oleh adik karena sedang bercanda.

Jika di Indonesia, mimisan diatasi dengan menggunakan daun sirih. Minyak atsiri dalam daun sirih yang nama kerennya adalah Piper betel ini memang mujarab untuk menghentikan pendarahan. Namun berhubung tanaman tropis tentu saja disini aku tidak akan bisa menemukannya. Untung saja pendarahannya cuma sedikit dan cepat berhenti setelah diseka dengan beberapa lembar tissue.


Ada banyak kemungkinan yang bisa jadi penyebab. Biasanya karena pembuluh darah di bagian hidung terlalu tipis. Mungkin juga terlalu lelah dalam beberapa hari ini, sehingga dilatasi pembuluh darahnya lebih dan akhirnya pecah. Mungkin juga karena suhu dingin, namun kemudian exclude karena suhu saat ini biasa saja kok. Anggap saja hanya butuh istirahat sedikit lebih. But all is good, all is fine. Alhamdulillah :D

1 komentar:

Sebuah Gubug yang Sederhana Saja, Cinta.

02.03 mamaegisa 0 Comments




Dear Cinta,

Untuk kehidupan kita di dunia ini.

Bangunkan untukku sebuah gubug, sederhana saja.
Karena katanya badai kan semakin kuat jika bangunan tinggi menjulang.

Cukuplah gubug untuk bernaung bagi kita berdua dan keluarga kita.

Bangunkan untukku sebuah gubug, berbahan yang mudah-mudah saja.
Karena jika ia sedikit rusak, sangguplah kita untuk membenahinya sendiri. Tak usah kita panggil orang lain untuk memperbaiki.

Cukuplah gubug untuk mengumpulkan raga dan hatinya.

Bangunkan aku sebuah gubug, tak usah yang bertangga.
Karena jika terjatuh, katanya akan sakit rasanya.

Cukuplah gubug untuk kita berkelakar dan bercanda dengan keluarga, mengumpulkan cerita-cerita.

Namun Cinta,

Perluaslah ladang di sekitar gubug kita.
Karena ku dengar, tak pernah ada batas dan pagarnya ladangmu, Cinta.
Biar jadi tempat kita berkarya, menumbuhkan bibit-bibit kebaikan di atas lahannya.

Hingga akhirnya, waktu yang berjalan bersama kita, membawa kita ke sebuah masa bagi kita memanen hasilnya. Menjadi bekal untuk kita berdua, dan keluarga kita untuk sebuah perjalanan yang abadi.

Menuju Surga.


:)

Dear Cinta,
semoga selalu mudah untuk kita membangunnya.


Heidelberg
17 Maret 2016

0 komentar:

Winter Holiday 2015

15.08 mamaegisa 0 Comments


Heidelberg, 6 Januari 2016

Terbangun kembali di Heidelberg pagi ini, ada perasaan yang aneh. Aku cari tahu perasaan itu apa. Memutar kembali jejak rekaman segala hal yang terjadi dua minggu di belakang, masih hangat dalam ingatan. Memulai perjalanan pergi ke Kota Aachen, bertemu dan berkumpul secara nyata dengan anggota whatsapp grup “Jalan-jalan penuh kenangan”. Luar biasa bagaimana teman-teman disana menyambut dan menjamuku yang berasal dari Heidelberg, juga mbak Hashlin yang datang jauh-jauh dari Kiel. Sharing kamar bersama, masak, dan makan pun dibagi. Bahkan ditengah liburan rasa laporan praktikumku (atau laporan praktikum rasa liburanku), mereka bisa mengerti dan paham bagaimana cara membuat liburan ini berkesan. Keliling kota Aachen, dan pergi ke dua Negara dalam satu minggu pertama itu. Kami ke Maastricht di Belanda, dan dua kota yang luar biasa indah di Belgia: Brussel dan Brugge. Makan setengah ayam di Chicken Pont juga bagian dari hal yang nggak akan aku temui di Heidelberg. Bang Fauzan, Mas Abduh, Zam, Uda Usman, Mas Galgil, dan Uni Nova, mahasiswa RWTH Aachen yang berbaik hati menampungku disana. Kemudian ditambah lagi Ihsan, Mbak Suchi, dan Bang Fadli yang berangkat dari Bonn untuk bergabung.

Berangkat berdelapan, tim rombongan kami ke Paris: Bang Fauzan, Ihsan, Zam, Bang Fadli, Uda Usman, Mbak Hashlin, Arin temanku dari Heidelberg, dan aku. Tak mengira sebelumnya kalau perjalanan ini bisa menjadi super menyenangkan karena teman-teman perjalanan yang lucu-lucu. Lima hari tinggal di Paris dan menikmati keindahannya terasa sangat cepat. Kaki-kaki yang terasa bengkak karena overdosis berjalan kesana kemari juga termaafkan karena kekonyolan dan cerita-cerita di sepanjang perjalanan. Bahkan cuaca di Paris yang menyambut kami dalam perjalanan disana pun seolah ikut-ikutan bahagia dan memberikan langit biru yang cerah, serta suhu yang tak begitu dingin untuk winter season. Berbagai objek wisata kami kunjungi. Menara Eiffel, Panteon, Luxemburg garden, Sacre coure, Louvre, Notra Dame, Arc de Triumph, Versailles castle. Malam pergantian tahun dari 2015 ke 2016 yang tanpa kembang api pun bukan jadi persoalan karena kebersamaan yang dibangun. Bagaimana kita selalu berhemat di tiap perjalanan dan berusaha cari makanan yang murah dan kenyang, bagaimana kita selalu menjaga dan mengingatkan barang bawaan masing-masing agar tak ada lagi kejadian kehilangan tas yang sempat mewarnai di awal liburan, bagaimana kita selalu sadar bahwa tiap momen ini harus diabadikan dalam ruangan abadi dengan foto-foto.

Meninggalkan Paris dengan 19 jam di Bus menuju Munich. Tak kalah seru disana. Keluarga besar FORMAL Jerman berkumpul. Bertemu lagi orang-orang yang pernah kutemui dan sementara berpisah kota: Ganda, Mas Dandy, Mas Dimas Yoga, Mbak Aulia, dan banyak lagi yang baru bertemu meski sudah satu grup whatsapp. Saling bertukar cerita tentang studi masing-masing. Masa-masa payah, susah, dan jatuh. Tak lupa juga berbagi bagaimana melewati berbagai permasalahan yang dating ketika studi. Kami merasa senasib, dan juga sepenanggungan. Sama-sama berjuang di perantauan. Membawa nama Negara Indonesia agar harum namanya dipandang dunia. Maka kami sadar bahwa kami harus saling menguatkan satu sama lainnya. Pertemuan ini terasa lengkap sekali dengan guyonan dari keluarga ini yang membuat hati merindu. Menikmati Kota Munich yang ramai, juga pergi ke kastil Neushwanstein di bawah bayangan pegunungan alpen yang cantik. Ditambah lagi, hujan salju yang menyambut kami menambah cerita tersendiri.

Hingga akhirnya, raga-raga ini harus terpisah kembali. Pulang ke kota perjuangan masing-masing. Aku menggenggam sebuah perasaan yang bermakna, sebuah kesan yang mendalam. Aku akhirnya tahu rasa itu apa. Rasa sayang, dan rindu yang berbaur, menunggu waktu untuk mempertemukan kita kembali di sebuah kesempatan yang lebih baik lagi nanti :’)





0 komentar:

Menapaki Bumi-Mu yang lain

14.51 mamaegisa 0 Comments



Ya Rabbi

Engkau izinkan aku untuk menapaki bumi-Mu yang lain.

Engkau peluk doaku dengan kuasa-Mu.

Jadikanlah aku hambaMu yang penuh syukur dan pandai berterimakasih.


0 komentar:

Deutches Krebsforschungzentrum

14.42 mamaegisa 0 Comments


Dear Allah.
Thank you very much for taking me to this place. 
I am so grateful to be here. 
It is all because of Your will.
 You will never burden a person beyond their ability to handle.
It is all Your love.

 

0 komentar: